Langsung ke konten utama

[SECANGKIR INSPIRASI di Setiap Kisah yang Tertulis]

Saya memulai catatan ini dg ingatan pada salah satu ayat dalam Al-Qur'an
“Allah menganugerahkan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS. Al-Baqarah [2]: 269)
'
Ya!
Buku ini merupakan kolaborasi dari tiga orang yang berbagi kisah hikmah serta hasil perenungan dan pembelajaran hidup. Dengan gaya bahasa yang berbeda seperti hidangan di meja makan, kesemuanya sangat layak untuk dinikmati.
Dengan ciri khas seorang "Deep Thinker" - @iwanwahyudi1 berbagi hasil perenungan Beliau akan banyak hal dari apa yg dilihat, ditemukan dan dirasakan. Mulai dari penemuan makna di balik secangkir kopi hingga ke kuntum bunga yg bermekaran, bahkan fenomena sehari-hari yg sering kali luput dari perhatian kita menjadi catatan apik  penuh hikmah yg tertulis ujung jemari Beliau.
'
Tak hanya itu, catatan dari @rg_pratama juga menguatkan isi buku dengan kisah-kisah para nabi dan rasul, para sahabat, ulama, khalifah, pahlawan-pahlawan islam, hingga para pahlawan nasional juga para cerdik cendikia. Dengan bahasa yg dikemas sendiri, Royaldo Gia Pratama menuliskan point-point penting yg menjadi intisari dari kisah para sosok teladan itu. Point kisah sarat pesan dan nasehat yg JLEB ke hati. Tentang cinta, sabar, istiqomah, dan banyak pembelajaran hidup lainnya. Saya berharap kedepannya Anak Muda ini bisa menulis dan menerbitkan buku sendiri. Sy  menunggu untuk bisa membaca karya berikutnya.
'
Dan tentu saja ada penulis ketiga yg melengkapi isi buku ini. Dengan bahasa seorang perempuan, Annisa Nawangsari berbagi "catatan perjalanan hatinya". Seperti membaca lembar-lembar diary, ada ketulusan yg terasa dalam tulisan-tulisannya yg menyelipkan banyak nasehat untuk dirinya sendiri tapi juga mengena ke hati orang lain yang membacanya.
'
✔ Kesimpulannya - sy sangat  rekomendasikan buku ini utk dibaca oleh siapa sj yg merasa membutuhkan nasehat utk pengingat diri serta utk melembutkan hati agar lbh peka mengambil ibrah dlm setiap peristiwa kehidupan.
'
'
(Mataram, 24 Februari 2020)
Sunisa Fujiyanti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me