Langsung ke konten utama

[NOSTALGIALAH agar TERSENYUM]

Pekan lalu ( Kamis 15/02/2018) saya berkesempatan ke Bima. Diantara waktu yang singkat saya bersilaturahim ke beberapa sahabat yang sudah lama tidak bersua. Di suasana menjelang senja yang dihiasi hujan rintik yang enggan jeda itu berkumpulah kami veteran Mataram dari berbagai perguruan tinggi, sebut saja Ust. Mahfud Alumni IAIN Mataram (sekarang UIN Mataram) Ketua DPD PKS Kota Bima dan Ust. Hendra Alumni IKIP Mataram komandan Kepemudaan PKS Kota Bima. Jelas dan terpampang nyata (meminjam istilah syahrini) senyum bahagia membumbui wajah kami.

Hubungan yang dibangun berdasarkan keterikatan hati akan berusia panjang dan menuai kebahagiaan. Ia akan menumbuhkan rasa rindu yang tak dapat dibeli oleh apapun yang berbau materi. Senyuman yang terpancar saat mengurai nostalgia kekuatannya mengalahkan segala bentuk materi.

Nostalgia adalah jejak dari keterikatan hati dan wujud nyatanya berupa senyuman yang terpancar dari wajah seseorang, benar apa yang diungkapkan oleh Muhammad Quthb menggambarkan hal tersebut, " Tidak cukup hanya harta saja yang bisa memadukan hati. Tidak cukup hanya ikatan bisnis dan semua yang berbau materi untuk mengeratkan hati. Semuanya harus dihimpun dan diselimuti dengan kehangatan jiwa, yang bersumber dari ruh Ilahiyah, yakni cinta. Cinta yang dilontarkan melalui senyum dari hati seseorang, lalu senyum itu menjadikan hati semakin lapang dan menghilangkan pembatas sehingga seseorang bisa bertemu dengan saudaranya dengan wajah yang ceria."

Mari bernostalgia dan berbagi senyuman.

18022018 20:24 Cordova A-03
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri
#KomunitasGerimis
www.iwan-wahyudi.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...