Langsung ke konten utama

INGATAN PEMILU 2004

Libur semester ganjil 2004, saya KKN di Desa Poto Kecamatan Moyo Hilir Kab. Sumbawa. Desa yang sejak awal pengundian lokasi menjadi perdebatan kami bersepuluh yang  dikelompokkan karena tak satupun dari kami asli Sumbawa. Ada yang bilang desa ini sekitar pulau Moyo lokasinya, prediksi tanpa penguasaan lapangan cuma mencocokan pulau Moyo dengan Moyo Hilir yang rada Mirip he...he... 

Kami bermukim di dusun Bekat/lengas tepat diseberang Rumah p kades Hamzah. Di dusun ini ada wartawan Gaung Sumbawa dan Sumbawa Post jadi tak heran kegiatan kami selalu masuk koran sampai malam perkenalan juga menjadi berita. 

2004 pemilihan umum langsung pertama pasca reformasi (pemilu 1999 masih coblos gambar partai dan presiden dipilih oleh wakil rakyat) dimana rakyat memilih langsung nama Calon Legislator, senator dan presiden. Saat itu pula marak Gerakan Jangan Pilih Politisi Busuk yang digagas banyak elemen akademisi, musisi,mahasiswa dll. Di Desa Poto pun menjadikan sosialisasi pemilu sebagai program KKN plus sisipan materi jangan pilih politisi busuk oleh BEM NTB Raya, sosialisasi KPU oleh kanda Syukri Rahmat anggota KPU yang juga putra desa setempat.

Pagi ini sambil menunggu pesawat kami (saya dan kanda Syukri Rahmat) ditakdirkan bertemu di bandara, selain merefleksi kisah 2004 silam, saya juga berkonsultasi terkait Pilkada 2018 dan pemilu 2019. Beliau (sekarang ketua KPUD Kab. Sumbawa) dengan gaya kalemnya yang khas seperti dulu menjawab dan menjelaskan pertanyaan saya.

Merawat perkenalan itu juga merawat ingatan, sesingkat apapun perkenalan tersebut. Agar engkau bisa bertutur dan nostalgia dengan segala hikmah didalamnya.

14022018 10:09 Lombok Internasional Airport
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri
#KomunitasGerimis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

07 [EMAS ACEH UNTUK INDONESIA] Gerimis Desember

  Pada 16 Juni 1948, Presiden Soekarno berpidato di Kutaraja (sekarang Banda Aceh), salah satu isinya meminta rakyat Aceh menyumbang untuk Republik yang masih rentan karena kekosongan kas negara. Kemudian para Teungku dan tokoh Aceh ikut turun tangan, diantaranya Teungku Muhammad Daud Beureueh dengan pengaruhnya dan Teungku Nyak Sandang yang saat itu masih berusia 23 tahun, berinisiatif menjual emas dan tanah miliknya. Kemudian diikuti oleh para saudagar kaya Aceh hingga rakyat kecil pun banyak berkontribusi menyumbang emas yang disimpannya secara sukarela.   Pada akhir kunjungannya 20 Juni 1948 dari rakyat Aceh terkumpul 20 kilogram emas dan setidaknya tidak kurang 120 ribu dolar Singapura untuk membeli sebuah pesawat Dakota pertama milik republik yang diberi nama RI-001 Seulawah. (Buku “Pemuda Inspirasi Wajah Negeri” halaman 22-23). Banjir dan longsor yang menimpa Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara akhir bulan November lalu memakan korban lebih dari 900 jiwa meninggal ...

13 [SAKIT DAN MINDSET] Gerimis Desember

  Akhirnya harus konsultasi ke dokter setelah tiga hari mencoba survive dengan batuk dan radang tenggorokan. Biasa akhir-akhir ini penyakit musim cuaca tak menentu banyak mencari tempat di masyarakat, macam batuk, flu, radang, demam dan sekawanan nya. Dan saya beruntung beberapa dokter tempat meminta "racikan" penyembuh selalu memberi ruang bertanya dan dapat pencerahan lebih banyak dari waktunya memeriksa di atas ranjang pemeriksaan. Saya sampaikan, coba-coba saya lihat di dunia maya tentang sakit yang diderita. Terkait penyebab, gejala, efek samping dan pengobatannya. Si dokter memberi saran agar tidak sepenuhnya mengikuti hal itu. Sebab tanpa didasari pemeriksaan terhadap pasien yang membaca, tiap pasien tidak sama persis gejalanya. Apalagi kemudian video-video di media sosial itu mempengaruhi mindset dan alam bawah sadar hingga menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan berlebihan pada sakit yang di derita. Ujungnya kepikiran dan membuat tubuh lebih cepat drop. Kami tutup ...

12 [BUKU KARYA KOMUNITAS] Gerimis Desember

  Buku karya para pegiat menulis tentu sudah biasa. Buku karya komunitas literasi, itu harus karena merupakan pembuktian. Buku tulisan komunitas menulis, tidak aneh. Yang malahan aneh jika komunitas menulis tidak memproduksi tulisan dan melahirkan buku karya. Bulan lalu alhamdulillah bersua dengan buku "Bukan Kisah Biasa, Perjalanan Cinta Para Pejuang Al-Qur'an" dan berjumpa salah seorang penulisnya Mbak Rahayu Praya Ningsih . Bukunya masih hangat, terbit bulan November lalu. Berisi 25 tulisan dari 14 penulis pegiat Al-Qur'an pada Graha Alquraniyah Mataram. Isinya terkait kisah-kisah inspiratif dan berenergi yang tercecer dari aktivitas mereka pada zona pengabdiannya tersebut. Walau saya dulu pernah membaca cemoohan seorang akademisi, "Nulis buku kok banyak sekali penulisnya?". Saya dalam hati bertanya balik, "Emang ada larangannya dan haram?". Mungkin si akademisi lupa ini buku, bukan jurnal yang punya batasan jumlah penulis. Selalu angkat to...