Langsung ke konten utama

[HUJAN, DARI LANGIT UNTUK BUMI]

Hujan bagi sebagian orang hal biasa, toh setiap tahun seperti apapun panjangnya kemarau pasti akan merasakan hujan. Bagi mereka pekerja kantoran dan sejenisnya pasti kurang mengharapkan hujan karena akan sedikit mengganggu perjalanan bekerja. Lain halnya bagi petani di daerah kering tadah hujan yang hanya mengandalkan hujan sebagai sumber air bagi sawahnya, hujan menjadi hal istimewa yang selalu dinanti. 

Apapun perbedaan setiap orang dalam memandang hujan tergantung kondisi personal dan sekitarnya. Namun, dalam Islam hujan bukan sesuatu yang biasa tanpa makna dan pesan. 

"Dan Kami menurunkan dari langit air yang penuh barokah (banyak manfaatnya)." (QS Qaaf [50]: 9). Allah SWT menurunkan hujan dengan penuh ke barokahan dan manfaat bagi semesta. Pesan langit ini tentu menyadarkan kita bahwa hujan bukan hanya pada satu dua efek yang dilihat di depan mata semata. Hujan bagian dari cara-Nya menjaga keseimbangan alam semesta ini. 

Hujan juga ruang dan waktu istimewa (diantara beberapa waktu istimewa lainnya) dari-Nya, sebagaimana disampaikan Rasulullah Muhammad SAW, ketika hujan turun juga menjadi salah satu momen dikabulkannya doa (HR Hakim). Sebuah kesempatan langit menurunkan airnya dan menyerap banyak pinta dan harap dalam do'a manusia bagi mereka yang berpikir dan mengambil manfaat. 

Para sahabat bersuka cita saat datangnya hujan, ada keberkahan untuk bumi dan kesempatan melangitkan do'a bagi semua penghuninya. 

22022021
#InspirasiWajahNegeri #MariBerbagiMAKNA #reHATIwan #IWANwahyudi 
@inspirasiwajahnegeri
@iwanwahyudi1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...