Langsung ke konten utama

[ISTIRAHAT DALAM MANFA'AT]

Pernah membedakan antara istirahat dengan mati? Itu ibarat kita menyandingkan antara koma (,) dengan titik (.) saat membaca dan menulis.

Ada mereka yang hidupnya dipadati kesibukan bekerja hingga jatah istirahat berkurang kecuali saat vonis sakit dan masuk opname baru mengalokasikan  istirahat dalam intimidasi dokter dan sakit. Ada lagi mereka yang tak sibuk bahkan pemalas tanpa pekerjaan kecuali istirahat dan tidur semata aktifitasnya. Kasihan, istirahat dijadikan virus yang menggerogoti kemanusiaannya dan bisa jadi menyampakkan dirinya menjadi sampah.

Istirahat itu bukan akhir segala-galanya. Bukan tanda titik (.) yang selalu dijadikan kambing hitam saat tak mampu menghadapi hidup dan kehidupan. Istirahat itu cuma tanda koma (,) berhenti sejenak dan jedanya buka off sama sekali. Tapi hanya satu pelabuhan yang akan dijumpai dari pelayaran hidup. Saat istirahat selain ia berfungi sebagai tempat evaluasi perjalanan, mengisi energi untuk melanjutkan pelayaran, tapi harus ada manfaat yang dirasakan pada sekitarnya. Minimal istirahat kita menjadi hikmah yang menyentak kesadaran.

Hari ke 30 dalam @30haribercerita
sebenarnya hanya istirahat. Bukan berhenti atau istirahat hingga Januari tahun 2021. Tapi harus ada riak-riak kecil manfaat dalam jangka waktu kedepan. Jangan biarkan ujung pena berkarat dan tintanya mengering dalam penantian 11 bulan kedepan. 

@30haribercerita 
#30haribercerita
#30hbc2030 #30hbc2030istirahat 
#IWANwahyudi #MariBerbagiMakna 
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan 
@iwanwahyudi1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KARTINI]

KARTINI, banyak sejarah kehidupannya yang kadang "digelapkan" oleh rezim yang pernah berkuasa di negeri ini. Kartini (1) Sejarah yang ditulis penguasa telah menunggangi pemikiran2 kartini untuk maksud yang sama sekali bertentangan dengan cita2 murni kartini. Kartini (2) Betapa emansipasi dan feminisme dijadikan berhala oleh banyak perempuan Indonesia dengan mengatasnamakan Kartini. Padahal bukan itu yang hendak dicapai kartini. Kartini (3) Kekritisan kartini talah terlihat sejak kecil ketika kebiasaan tempo dulu untuk memanggil guru ngaji ke rumah  untuk mengajar membaca dan menghafal al-qur'an tidak disertai dengan terjemahan,kartini tidak bisa menerima hal tersebut. dia menanyakan makna ayat2 yang diajarkan. Bukan jawaban yang didapat, malah sang guru memarahinya. Kartini (5) Kyai sholeh kemudian tergugah untuk menterjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa jawa. Di hari pernikahan kartini kyai sholeh menghadiahinya terjemahan  Al-Qur'an ( Faizhur Rahma...

[MENOLAK TAKLUK]

Jenderal Soedirman pastinya tau benar akan penyakit komplikasi Tuberkulosis yang merusak paru-parunya dan ia bawa bergerilya keluar masuk hutan hingga harus ditandu naik turun bukit. Saya yakin setiap dokter akan menyarankannya Istirahat. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Soekarno juga bukan orang yang tidak mengerti akan penyakitnya saat menolak operasi ginjal. Namun ia tetap memilih masih menjalankan pemerintahan republik  padahal iya mengalami hipertensi yang dipengaruhi ginjalnya, ginjal kiri tidak berfungsi maksimal sedang fungsi ginjal kanan tinggal 25%. Ada juga penyempitan pembuluh darah jantung  pembesaran otot jantung bahkan gejala gagal jantung. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? RA Kartini tak berhenti berjuang lewat literasi dengan berkorespondensi walau ia kemudian mengalami pre-eklampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan, persalinan atau nifas) saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Apakah ini menolak takluk oleh sakit? Pernahkan ki...

[SURAT JURU BICARA LISAN DAN HATI]

Setelah mengundurkan diri dari posisi wakil presiden mendampingi Soekarno akibat perbedaan pandangan, bukan berarti membuat hubungan Hatta dengan pasangan dwi tunggalnya itu benar-benar terputus. Persaudaraan dan persahabatan diantaranya tetap berjalan, salah satunya Hatta masih menulis surat-surat masukan pada presiden Soekarno, selain tulisan-tulisannya di koran. Entah apakah surat itu dibaca atau diterima pesan didalamnya. 1902, perempuan 23 tahun ini banyak menuliskan perasaan dan pikiran keseorang wanita dibenua Eropa nun jauh dari Indonesia. Korespondensi mereka tak kurang dari 115 pucuk surat yang kemudian dihimpun menjadi buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Mereka berdua adalah RA Kartini dan Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, agama dan industri Hindia Belanda. Banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan perasaan dan masukan secara langsung pada orang lain, hingga diperlukan media pesan dengan secarik kertas. Surat, sebuah saksi pera...