Langsung ke konten utama

[WARISAN]

"Warisan terbaik ialah sesuatu yang sudah bermanfaat bahkan sebelum dirimu tiada. "
Banyak orang bahagia saat mendapat warisan entah dari siapapun. Biasanya jika tidak diwasiatkan secara lisan oleh pemberi saat masih hidup, dapat melalui surat wasiat yang dibaca dan diketahui setelah pemberi meninggal. Wasiat dan warisan itupun baru dapat dilaksanakan, dibagikan dan digunakan ketika pemberi telah tiada. 

Warisan biasanya berupa harta benda yang bernilai uang, baik harta bergerak maupun diam. Saking menggodanya harta ini, termasuk segala jenis harta bagi mereka yang gelap mata, tak jarang menimbulkan pertumpahan darah pada ahli warisnya. Ya, bisa karena tidak adil pembagiannya atau karena gelap mata oleh harta tadi. 

Wah, jika pemberi warisan tau dapat menimbulkan perpecahan dan pertumpahan darah pada mereka yang bersaudara, pasti sedih sekali. Apalagi banyak juga yang dibumbui dengan saling gugat dipengadilan yang banyak memakan waktu, energi, perasaan juga harta juga. 

Warisankanlah warisan berupa karya, yang orang lain dapat menikmatinya sejak kalian masih ada. Ia akan mengalirkan manfaat dan kebaikan bahkan jika usia dimuka bumi dicukupkan-Nya. Buya Hamka lebih dari 100 karya berupa buku yang ditulisnya, Pramoedya Ananta Toer lebih dari 50 karya sastra yang ditelurkan.

Wah itukan sulit, emang elu kira menulis itu gampang. Dua orang diatas lahir dan hidup dimasa penjajahan dan awal kemerdekaan bersama tokoh bangsa lainnya yang juga melahirkan karya. Seenak-enaknya masa penjajahan, tak senyaman belajar, berpikir dan menulis dijaman milenial sekarang bro n sis. Untuk hidup saja saat itu masih dalam bayang-bayang ketakutan serangan penjajah yang bisa membunuh kapan saja. 

So, mari memulai dan terus berkarya apa aja. Salah satunya nulis rutin dari #30haribercerita. Setiap menulis dan menerbitkan karya sejatinya sedang menambah dan memperpanjang usiamu heb.

01012021

#IWANwahyudi
#30hbc2101 
#30haribercerita 
#MariBerbagiMakna 
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan
@iwanwahyudi1
@inspirasiwajahnegeri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me