Langsung ke konten utama

[ORANG GILA]

" Ada orang gila karena ingatan atau syarafnya terganggu, ada yang berupa melakukan sesuatu diluar kebiasaan ukuran standar pada umumnya, ada juga yang berupa mereka yang memiliki ingatan tapi tanpa rasa malu." 

Saya kutip dua dari sekitar lima arti gila dalam www.kbbi.web.id, Orang gila bisa berarti orang yang sakit ingatan (kurang beres ingatannya); sakit jiwa (sarafnya terganggu atau pikirannya tidak normal). Atau orang yang tidak biasa; tidak sebagaimana mestinya; berbuat yang bukan-bukan (tidak masuk akal). 

Gangguan kejiwaan dan hilang ingatan ini, orang gila yang sering ditemukan ditengah masyarakat dan kita semua tau bagaimana kondisi dan penampilannya. 

Survei Global Health Data Exchange tahun 2017 menunjukkan, ada 27,3 juta orang di Indonesia mengalami masalah kejiwaan. Hal ini berarti, satu dari sepuluh orang di negara ini mengidap gangguan kesehatan jiwa. Indonesia jadi negara dengan jumlah pengidap gangguan jiwa tertinggi di Asia Tenggara. (https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/13/100000265/merefleksikan-joker-3-1-dari-10-orang-indonesia-alami-gangguan-jiwa?page=all) 

Ada sedikit orang yang melakukan pekerjaan diluar kemampuan atau ukuran dirinya. Anak yang mampu berpikir dan menyelesaikan soal matematika yang sulit dalam sekejap, mereka yang memiliki ide atau kegiatan yang melebihi usia biologisnya. Nah, biasanya kita sering berucap, "Benar-benar gila orang itu. " padahal ingatan dan syaraf mereka masih seperti orang normal. 

Orang gila terakhir yang saya perhatikan, jenis ini merupakan manusia dengan ingatan yang normal, namun tanpa rasa malu. Saya jadi ingat fabel (cerita hewan) sang monyet yang sudah banyak memetik buah hingga tangan, mulut dan kakinya sudah full, namun dari dahan ia melihat bayangannya sendiri di air sungai dibawah dahan. Monyet mengira bayangannya itu monyet lainnya, hingga ia terjun ke sungai ingin merebut buah dari bayangannya. Buah yang dipegang jatuh, buah yang dipegang monyet bayangan lenyap dan si monyetpun mati terbawa arus karena tak bisa berenang. 

Manusia gila jenis ketiga seperti monyet ini banyak dan belum masuk dalam 27,3 juta jiwa yang gila pada data 2017 diatas. Bahkan orang gila jenis ketiga ini turut andil dalam meningkatnya angka orang gila jenis pertama. 

Kalau tidak bisa mengelak jadi seperti orang biasa, cukup saja memilih menjadi orang gila jenis kedua menurut saya. 

Jaga kejiwaan anda agar imunitas tetap kuat dengan selalu bahagia dalam tiap keadaan. 

31122020
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna #reHATIwan
#InspirasiWajahNegeri
@iwanwahyudi1
@inspirasiwajahnegeri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[SALAM PAGI 170 : MERINDUI PANGGILAN]

  Assalamu’alaikum Pagi “Apakah hari ini diri mendengar syahdu suara adzan Shubuh yang memecah keheningan? Biarkan ia selalui dirindui oleh telinga bersama panggilan menunaikan shalat berikutnya hingga diri dipanggil oleh-Nya.” Saya masih ingat benar ketika listrik pertama kali masuk kampung kakek, hanya masjid yang lebih awal terpasang setrum itu. Biasanya suara adzan tak terdengar oleh rumah yang jauh dari masjid, sebagai penanda hanya bunyi bedug yang mampu merambatkan bunyi di udara lebih jauh radiusnya. Kemudian suara adzan dari pengeras suara menjadi penanda panggilan untuk menunaikan kewajiban shalat, bersujud padanya. Sekarang suara adzan tak terhalang apapun bahkan di daerah tanpa listrik, tanpa masjid bahkan seorang diri yang muslim karena alarm di smartphone dapat diatur sedemikian rupa bahkan dengan suara pilihan seperti adzan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan sebagainya. Coba secara jujur bertanya kedalam diri, “Adakah suara adzan yang paling dirindu dan ditunggu bah

[SALAM PAGI 169 : TERIMA KASIH PAGI]

  Assalamu’alaikum Pagi “Terima kasih pagi atas segala perjumpaan penuh nikmat dari-Nya yang tak pernah terlewati walau sehari pun, tapi kadang diri selalu melupakan.”   Terima kasih pagi yang telah menjadi pembatas antara gelap dan terang. Hingga diri menyadari hidup tidak hanya melawati gelap tanpa cahaya yang memadai, namun juga berhadapan dengan terang yang penuh dengan sinar bahkan terik yang menyengat. Terima kasih pagi yang sudah menjadi alarm menyudahi istirahat. Bahwa hidup tidak mengenal jeda yang lama bahkan berlarut. Bukan pula tentang kenikmatan tidur yang kadang melenakan. Tapi harus kembali bergeliat bersama hari yang akan selalu ditemui,hadapi, taklukan hingga dimenangkan menjadi capaian. Terima kasih pagi yang sudah menyadari bahwa anugerah kehidupan begitu mahal. Organ tubuh yang dirasakan kembali berfungsi dengan normal ketika terbangun tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Konversi rupiah pun tidak bisa menggantikan satu saja syaraf yang berhenti berfungsi no

[SUAPAN TANGAN]

Salah satu anugerah menjadi generasi yang hadir belakangan adalah mendapatkan mata air keteladanan dari para pendahulu yang menyejukan. Tak harus sesuatu yang wah dan besar, hal sepele dan receh kadang menyentak nurani ketika dibenturkan dengan kepongahan jiwa yang angkuh. Mereka dengan jabatan yang mentereng bisa bersikap lebih sombong sebenarnya dibandingkan kita yang dengan tanpa malu petantang-petenteng cuma bermodal kedudukan rendahan. Bahkan ada yang dengan bangga membuang adab dan perilaku ketimuran yang kaya dengan kesantunan dengan dalih tidak modern dan kekinian. Adalah Agus Salim Diplomat ulung awal masa kemerdekaan dengan kemampuan menguasai 9 bahasa asing. Jauh sebelum kemerdekaan republik ini pun ia sudah menjadi bagian dari pergerakan kebangsaan yang memperjuangkan proklamasi kebebasan dari penjajahan. Tapi, jiwa dan karakter keindonesiaannya tak pudar dengan popularitas dan jam terbangnya melalang buana kebelahan dunia. Dalam sebuah acara makan malam ia me