Langsung ke konten utama

082 [DIPLOMASI MUSIM SEMI MESIR AGUS SALIM]

 



“Ketahuilah, bahwa saya dan negeri saya siap membantu bangsa Muslim itu. Apapun yang mereka minta, saya siap melakukannya.” Ucap Raja Arab Saudi Abdul Aziz as-Saud ketika berkunjung ke Mesir pada 16 Januari 1946 kepada Abdurrahman Azzam Pasya Sekjen Liga Arab.

“Seluruh senjata biar dikirim dari Mesir. Adapun suksrelawan, dikirim dari Negara-negara Arab” tegas Raja Farouk Mesir suatu ketika melalui telepon pada Abdurrahman Azzam Pasya Sekjen Liga Arab.

Suasana ruangan itu nampak begitu emosional. Apalagi kedua orang perwakilan Negara yang akan menandatangani perjanjian persahabatan dan perdagangan. Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Mesir Mahmud Fahmi Nokrashi Pasya dan Menteri Muda Luar Negeri Indonesia H. Agus Salim. Tangan Agus Salim bergetar hebat sebagaimana ditulis Rizki Lesus dalam buku “Perjuangan yang Dilupakan”. Mesir saat itu 10 Juni 1947 bertepatan dengan 21 Rajab 1336H menjadi saksi.

Sebelumnya Ahad, 1 Juni 1947 kabinet Mesir dibawah pimpinan Mahmud Fahmi Nokrashi Pasya mengeluarkan keputusan pengakuan penuh Mesir atas kemerdekaan Indonesia. Mesir menjadi Negara pertama yang secara de jure mengakui kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamasikan sejak 17 Agustus 1945, namun masih belum mendapat pengakuan internasional ditambah kelicikan Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia.

Untuk mencapai titik itu tidaklah mudah. Dengan kondisi negeri yang masih perang mempertahankan kemerdekaan. Sejarah selalu memiliki ruang bagi mereka yang bertekad kuat dan bersama melawan kedzoliman. Lapangan terbang Kairo saat itu nampak indah dengan musim seminya. 19 April 1947 dengan hangat menyambut kedatangan delegasi diplomatik Indonesia yang terdiri dari H. Agus Salim, A.R Baswedan dan Mr. Nazir Pamuntjak yang menyusul HM Rasyidi dan R.H. Andul Kadir yang sudah tiba di Mesir sejak awal April.

Tiga bulan lamanya Diplomasi Musim Semi Mesir dilakukan oleh Agus Salim dan diplomat Indonesia lainnya. Menemui langsung Sekjen Liga Arab, Azzam Pasya setelah bersurat sebelumnya, Perdana Menteri Mesir Mahmud Norakshi, Raja Mesir Farouk di Istana Qasr Abidin, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Abdul Aziz (Pageran Faisal kemudian menjadi Raja Arab Saudi), Mufti Besar Palestina Syaikh Amin al-Husaini serta media-media besar Mesir sebagai corong diplomasi Internasional.

Hari ini, 138 tahun silam. Tepatnya 8 Januari 1884 Agus Salim lahir di Bukit Tinggi Sumatera Barat. Iya, beliaulah salah satu tokoh kunci yang memimpin delegasi diplomasi pengakuan kedaulatan kemerdekaan Indonesia ke Mesir dan beberapa negara Arab/Timur Tengah lainnya. Sang Diplomat ulung yang kaya akan keteladanan, bukan hanya kelihaiannya berdiplomasi saja tapi juga kesederhanaan hidup dan kekokohan menjaga integritas diri.

Rumah Merpati 22
009/365
08012023, 23:03
#MariBerbagiMakna #InspirasiJumat #reHATIwan #InspirasiWajahNegeri #IWANwahyudi #30HariBercerita #30HBC23 #30HBC2308
@inspirasiwajahnegeri
@iwanwahyudi1
@30haribercerita

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Testimoni buku HAC

Perjalanan yang berarti bukan sekadar perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, melainkan sebuah proses yang mendalam dan penuh makna. Ini adalah perjalanan yang membawa perubahan dalam diri seseorang, baik dalam bentuk pemahaman baru, pengalaman hidup, maupun pertumbuhan diri. Setiap langkah dalam perjalanan tersebut diwarnai oleh momen-momen yang meninggalkan kesan, baik itu melalui keindahan alam, interaksi dengan orang-orang baru, atau tantangan yang menghadirkan pelajaran hidup. Perjalanan seperti ini mengajarkan kita untuk lebih menghargai waktu, merenungkan tujuan, dan menyadari betapa luas dan beragamnya dunia ini. Buku Hidup adalah Catatan buah karya sahabatku Iwan W patut untuk di baca yang pada akhirnya, perjalanan yang bermakna adalah tentang proses menemukan jati diri dan memaknai setiap pengalaman, menjadikan setiap langkahnya sebagai bagian dari cerita hidup yang memperkaya perspektif dan kedewasaan kita. by Dr. Muhammad Muhlis, M.Pd.I (Direktur Al Mukhlisin Qur'a

[NGGALI NGGOMA]

Meriam La Nggali Nggoma satu dari tujuh bersaudara meriam di situs cagar budaya Benteng Asa Kota Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima yang masih tersisa, saudaranya yang enam entah kemana apakah di amanankan sebagai asset budaya peninggalan sejarah atau malah di CURI oleh tangan-tangan kotor yang tak bertanggungjawab?. Meriam Kuno ini disebut La Nggali Nggoma. La Nggali artinya Mahal, dan Nggoma artinya Kudis 19072015

78 [REFLEKSI DAN HARAPAN AKTIVIS ALUMNI KAMMI] 15/30

  Oleh: Iwan Wahyudi (Penulis Buku “Pemuda Negarawan” dan Pendiri Inspirasi Wajah Negeri)   Buku ini digarap mulai pekan ketiga bulan April 2024, pasca Ramadhan. Total waktu yang dibutuhkan 7-10 hari. Idenya dari saling telepon untuk sama-sama menguatkan diri dalam berliterasi. Selain itu ada momentum Muktamar XIII KAMMI di Mataram, Nusa Tenggara Barat sebulan lagi, 21-26   Mei 2024.   Dalam hemat kami saat itu, para alumni setidaknya perlu memberikan kado yang bukan hanya materi seperti kebanyakan orang, tapi narasi dan gagasan reflektif berupa buku.             Syamsudin Kadir, sang penulis bukan orang kemarin sore atau hanya penonton rebahan dipinggir laga pergerakan KAMMI. Ia memulai dari level terendah di Komisariat hingga menjadi Pengurus Pusat (PP) KAMMI. Berkutat di Kaderisasi dan memproduksi karya literasi aktivis KAMMI baik sebagai penulis langsung maupun editor bersama penerbit Muda Cendekia yang digawangi generasinya. Sebut saja buku Menyiapkan Momentum, Kapita Selekta